Anda berasal dari salah satu Desa di Sulawesi Selatan. Dengan latar belakang dari desa, terkadang banyak anak-anak muda yang minder dan tidak percaya diri, Apakah anda pernah punya pengalaman yang sama? Bagaimana anda sampai terus termotivasi mengejar cita-cita?
Tentu. Saya pernah berada pada posisi itu dan sesekali saya masih merasakannya. Semua itu adalah konsekuensi logis dari kekurangan dari tiga hal: akses, modal sosial dan supporting system. Ketiga hal ini saling mengkait dan seringkali membuat saya pesimis.
Titik balik hidup saya adalah saat merantau ketika baru saja naik kelas empat SD. Keputusan ini menjadi pondasi yang penting dalam perjalanan hidup saya selanjutnya.
Ada hari-hari ketika saya merasa kesepian dan kehilangan harapan. Saya tahu itu salah tapi saya tidak punya pilhan lain selain menikmatinya saja. Saya mengizinkan diri saya untuk meyembuhkan diri.
Saya melatih diri saya untuk memiliki ‘personal responsibility’, semata-mata agar saya tidak larut di tengah lingkungan yang seringkali tidak mendukung bahkan cenderung menghalangi.
Anda adalah salah satu penerima beasiswa Fulbright dari AMINEF. Untuk mendapatkan beasiswa ini pastinya tidak mudah. Dari pengalaman anda, ada tips khusus agar bisa diterima dalam program beasiswa ini?
Tips ini bisa jadi subjektif. Sederhana saja sebenarnya. Anda perlu memenuhi semua syarat dan melengkapi semua berkas. Sebab jika ada yang kurang pasti akan otomatis ditolak.
Anda kuliah di kampus mana di AS? Bagaimana pengalaman pertama kali kuliah di salah satu kampus disana?
Southern Illinois University Carbondale di Illinois, mengambil double major: TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) dan Linguistics.
Saya sempat memiliki kekhawatiran jika tidak bisa mengikuti perkuliahan. Kuliah di ‘Amrik’ itu menantang dan butuh waktu untuk adaptasi.
Selain sebagai dosen di Institut Parahikma dan juga sebagai kolumnis di beberapa media massa, anda juga adalah seorang penulis buku.
Buku ‘Kepada Jauh yang Dekat’ adalah salah satu buku yang sangat cocok dibaca anak-anak muda karena melukiskan pengalaman anda saat merantau. Bisa sedikit ceritakan tentang buku ini?
Buku ini adalah sebuah upaya untuk sembuh, menyembuhkan diri dari trauma-trauma psikologis sebagi akibat dari merantau.
Lebih jauh, buku ini adalah kritik sosial. Ada nilai-nilai yang universal yang tidak dibatasi oleh teritorial negara, agama, suku, dan etnis.
Apa pesan khusus untuk Anak-anak Muda di Perbatasan utara Indonesia?
Hidup tidak selalu mudah tetapi akan selalu ada jalan untuk mereka yang menolak menyerah.