Ilustrasi Solidaritas di Masa Pandemi. (Getty Images/Bininta). |
Pandemi COVID-19 membuat hampir seluruh dunia mengalami krisis kesehatan dan krisis ekonomi.
Pandemi Covid-19 ini juga melululantahkan ekonomi dunia. Dilansir dari BBC, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa pandemi virus merusak ekonomi dunia dan diperkirakan lebih buruk dari perkiraan sebelumnya.
Solidaritas Jangka Pendek
Tetapi dibalik itu semua, ada satu hal positif yang kita temukan yakni solidaritas antar umat manusia.
Kita mengetahui saat ini memang penting dan mendesak diperlukannya solidaritas antar umat manusia dalam upaya mengeluarkan kita dari akibat pandemi Covid-19 ini. Gerakan yang sudah saya sebutkan diatas seperti pembagian masker dan handsanitizer adalah contoh konkritnya.
Perlunya Analisis Struktural Melihat Permasalahan Dalam Skala Jangka Panjang
Tetapi perlu diketahui, ada suatu masalah yang harus kita respon dan menjadi akar permasalahan stuktural.
Perlu diketahui krisis ekonomi yang terjadi saat ini, sejatinya adalah krisis internal kapitalisme.
Dengan melihat bahwa sebelum wabah pandemi COVID-19 ini melanda, di hampir seluruh dunia, sudah terjadi hal-hal yang mengarah ke krisis ekonomi, diantaranya hutang perusahaan yang tinggi, ketegangan perdagangan antara pelaku ekonomi utama, juga kesenjangan dalam pendapatan, kekayaan dan stabilitas pekerjaan di banyak negara.
Hal lain juga penting diketahui, yakni sebelum pandemi Covid-19 ini mengemuka, kita apalagi khususnya kelas pekerja sudah menjadi kelas yang selalu berada dalam posisi rentan dikeluarkan atau dipecat. Ini terjadi karena dalam sistem kapitalisme, kelas pekerjalah yang selalu menjadi subordinat.
Penularan wabah penyakit juga erat kaitannya dengan perilaku manusia yang tidak memperhitungkan keberlanjutan alam.
Kemudian, 60 persen penyakit infeksi merupakan penyakit zoonosis atau berasal dari hewan dan lebih dari dua per tiga berasal dari satwa liar dan terkait Covid-19 untuk sementara waktu masih dikatakan terjadi karena disebabkan dari kelelawar dan atau trenggiling, yang merupakan salah satu komoditas yang diperjualbelikan secara ilegal dan menjadi obat sehingga berkontribusi pada tumpahnya virus ke populasi manusia.
Tak Ada Jalan Lain Selain Mengakhiri Corak Produksi Kapitalistik
Inilah beberapa alasan untuk mengafirmasi bahwa, niat melakukan hal baik dan mengaktualisasikannya saja belum cukup.
Seperti kata Ernest Mandel dalam pidatonya di New York pada tahun 1968, tepat saat menghadiri Majelis Gerakan Mahasiswa, di mana pidato itu dijadikan tulisan yang berjudul “Gerakan Mahasiswa Revolusioner Teori dan Aksi”.
“Penaklukan ideologis ini berarti bahwa pembebasan manusia harus diarahkan pada usaha yang sadar untuk merombak tatanan masyarakat, untuk mengatasi sebuah keadaan di mana manusia didominasi oleh kekuatan ekonomi pasar yang buta dan mulai menggurat nasib dengan tangannya sendiri.
Aksi pembebasan yang sadar ini tidak dapat dijalankan secara efektif, dan tentunya tidak dapat berhasil, jika orang belum menyadari dan mengenal lingkungan sosial tempatnya hidup, mengenal kekuatan sosial yang harus dihadapinya, dan kondisi sosial ekonomi yang umum dari gerakan pembebasan.”
Untuk itu diperlukan analisis struktural dan perjuangan yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan dunia yang akan hadir nantinya.
Tetapi itu tidaklah mudah, karena seperti yang diketahui dalam sejarah krisis kapitalisme, corak produksi ini lewat berbagai macam cara seperti pada tahun 1929 ketika terjadi Great Depresion yang disebabkan over produksi, Pemerintah AS dan beberapa negara Eropa mengambil kebijakan atas landasan teoritis dari seorang ekonom John Maynard Keynes yang menekanankan pada intervensi pemerintah, ketika mekanisme pasar tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan ekonom liberal pada masa klasik.
Sama halnya dengan krisis 1970-an, paham Neoliberal mulai mendominasi kebijakan di beberapa negara, khususnya negara dunia ketiga.
Dari dua contoh di atas, yakni resep ala Keynes dan resep ala Neoliberal memperlihatkan bahwa kapitalisme selalu memperbaiki dirinya sendiri tanpa menyentuh akar permasalahan struktural yamg membuat kapitalisme selalu bisa menjadi menjadi corak ekonomi dominan di dunia saat ini.
Untuk itu menutup tulisan ini, saya melihat bahwa niat baik yang terkaktualkan juga dalam perbuatan baik belumlah cukup, diperlukan analisis struktural dan komprehensif dalam melihat akar permasalahan yang kita hadapi saat ini.
Untuk itu tidak ada pilihan lain, selain mengakhiri corak ekonomi kapitalistik yang bertumpuh pada akumulasi laba secara terus menerus, karena menjadi catatan penting bahwa di dalam diri sistem kapitalisme tertanam kontradiksi internal yang cepat atau lambat akan selalu mengarah pada krisis ekonomi, seperti yang kita hadapi sekarang ini.
di Komunal Nokturnal.