Semua Makhluk Hidup itu Bermanfaat, Kita yang Memilih!

SImbiosis Makhluk Hidup
Ilustrasi. 

“Segala sesuatu yang diciptakan pasti mempunyai manfaat sendiri”
KALIMAT tersebut sangat sering kita dengarkan, namun apakah hal ini benar? tapi bagaimana dengan keberadaan hewan-hewan yang yang menurut manusia merugikan? Apa sih fungsi dari keberadaan serangga seperti semut, nyamuk, kecoa, lalat yang secara umum keberadaannya sangat mengganggu, bagaimana keberadaan dari hama-hama dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang bahkan menyebabkan kerugian besar dan gagal panen bagi para petani?. 
Selanjutnya, pada faktor yang lebih krusial, bagaimana dengan hewan-hewan penyebar penyakit berbahaya bagi manusia, seperti nyamuk penyebar malaria dan demam berdarah?.

Apakah kalimat “Segala sesuatu yang diciptkan pasti mempunyai manfaat sendiri” hanya sebagai kamuflase agar kita lebih peduli dan lebih mencintai makhluk hidup lain?.

Sebenarnya kalimat tersebut sangat benar adanya, hanya saja kita lupa bahwa alam diciptakan dengan proses yang kompleks, semua proses di alam dan hubungan mahluk hidup yang hidup di dalamnya sudah seimbang, adanya pemangsa, adanya organisme yang dimangsa, ada organisme penyebab penyakit dan ada organisme yang berperan sebagai obatnya, juga ada individu perusak dan banyak individu yang bermanfaat.

Namun, keseimbangan tersebut bergeser karena berbagai aktivitas manusia yang menyebabkan beberapa organisme tersebut kehidupannya terganggu bahkan dapat punah.

Mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda dari kalimat “Segala sesuatu yang diciptkan pasti mempunyai manfaat sendiri”. Dalam bidang ketenagakerjaan misalnya, coba kita pikirkan seberapa banyak tenaga kerja yang mampu diserap oleh pabrik-pabrik dari obat semut, nyamuk dan serangga lainnya.

Kita lihat pula dalam bidang pertanian dan perkebunan bagaimana serangga penyerbuk seperti lebah, kumbang, kupu-kupu menyerbuki bunga dan bahkan si kecil lebah memberikan berkali lipat manfaat, setelah membantu penyerbukan akan menghasilkan madu yang bermanfaat bagi berbagai industri, dimulai dari industri kesehatan, pangan bahkan industri kecantikan.

Mari kita kupas fakta-fakta yang menunjukan ‘saktinya’ kalimat tersebut, kita tinjau pentingnya peran organisme yang abai kita perhatikan selama ini dari tiga bidang yang sangat krusial, yaitu pertanian, peternakan dan kesehatan.

Bidang Pertanian

Salah satu masalah utama dalam pertanian adalah adanya hama-hama yang dapat merusak keberadaan tanaman perkebunan. Salah satu contohnya adalah serangan hama wereng pada tanaman padi.

Berdasarkan Data dari Ditjen Tanaman Pangan yang diolah dari hasil pengamatan Petugas Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan (POPT) di daerah menyatakan bahwa total luas lahan padi yang terkena hama wereng di bulan Januari hingga Juli 2020 di Indonesia totalnya mencapai 67.749 hektare. Sementara lahan gagal panen yang diakibatkan wereng seluas 746.71 hektare. 
Contoh lainnya menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia adalah hama Penggerek Buah Kakao (PBK). Larva PBK mampu menyebabkan biji buah kakao saling lengket sehingga menyebabkan kualitas dan kuantitas produksi buah menurun hingga 70% . 
Dalam mengatasi hal ini, petani biasanya menggunakan berbagai pestisida kimia. Namun, penggunaan pestisida kimia memiliki banyak dampak negatif, salah satunya sangat berdampak pada kesehatan manusia.  
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keracunan pestisida adalah masalah kesehatan serius dengan risiko utama adalah kanker, cacat lahir, dan kerusakan sistem saraf dan fungsi sistem endokrin. Pestisida diketahui menyebabkan jutaan kasus keracunan akut per tahun, dimana setidaknya satu juta kasus terjadi pertahunnya dan memerlukan rawat inap. 
Selain hal tersebut, pengaplikasian pestisida kimia secara terus-menerus menyebabkan residu atau racun bagi tanah sehingga tanah dapat kehilangan kesuburan. Dampak lainnya yang saat ini dirasakan oleh sebagian besar petani adalah resistensi atau timbulnya kekebalan hama terhadap pestisida. 
Kerena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengaplikasian pestisida kimia, solusi yang mulai gencar diserukan saat ini adalah dengan  pemanfaatan organisme lain (agen hayati) yang dapat membunuh atau bersifat parasit bagi hama tersebut. 
Jenis-jenis agen hayati sudah sangat banyak diketahui diantaranya laba-laba yang dapat memangsa hama wereng coklat, wereng hijau, belalang dan walang sangit. 
Selain itu, jenis kumbang, capung dan belalang dapat menurunkan kehadiran hama kutu aphis dan wereng coklat. Selain yang dipaparkan tersebut data-data agen hayati sudah banyak ditemukan dan bahkan beberapa jenis bakteri dan mikroorganisme lainnya juga dapat berperan sebagai agen hayati. Dari fakta-fakta tersebut terlihat bahwa alam telah menjalankan prosesnya dengan seimbang. 
Bidang Peternakan
Dalam bidang peternakan salah satu masalah krusial adalah serangan virus terhadap hewan ternak, salah satu yang menyebabkan hal tersebut adalah menumpuknya kotoran ternak. Pembersihan kandang dari kotoran harus dilakukan secara rutin dan membutuhakan banyak tenaga. 
Solusinya disini juga dapat memanfaatkan keberadaan organisme lain yang selama ini abai kita perhatiakan yaitu lalat tentara hitam. Lalat tentara hitam gemar mengonsumsi sampah organik termasuk kotoran hewan ternak, berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa lalat tentara hitam dapat mengurangi keberadaan bakteri jahat yang ada di sampah seperti E. Coli dan Salmonella
Selain hal tersebut, larva dari lalat hitam juga dapat dijadiakan pakan alternatif ternak yang kaya akan protein.  Pengaplikasian lalat tentara hitam ini juga sangat mudah, cukup dilepaskan di daerah peternakan. Bahkan, pada saat ini juga terdapat penyedia atau produsen dari lalat tentara hitam ini yang bisa diperoleh dengan harga yang terjangkau. 
Bidang Kesehatan
Penyakit tular nyamuk contohnya malaria adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.  Pada tahun 2019 diperkirakan terdapat 229 juta kasus malaria di seluruh dunia dengan perkiraan jumlah kematian akibat malaria mencapai 409.000 orang. 
Padahal, kasus ini dapat dihindari jika memanfaatkan organisme lain (agen hayati) yang dapat membunuh jentik-jentik nyamuk tersebut. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pembuatan larvasida dari mikroba tertentu dapat membunuh jentik-jentik nyamuk secara efektif.
Berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan di atas, maka yang diperlukan saat ini adalah aksi nyata, karena sudah banyak penelitian-penelitian yang menjelaskan bagaimana efektifitasnya organisme maupun mikroorganisme dalam mengatasi permasalahan tersebut. 
Khususnya di bidang pertanian, penggunaan agen hayati ini lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan aplikasi pestisida kimia dan dapat bertahan dalam waktu yang lama. 
Mungkin hal yang membuat para petani ragu adalah waktu yang dibutuhkan tidak secepat pemanfaatan bahan kimia namun solusinya kenapa tidak mulai mencoba pemanfaatan agen hayati ini di samping penggunaan bahan kimia, apabila dilakukan terus-menerus  mungkin keberadaan bahan kimia dapat dihentikan secara total. 
Berdasarkan pemaparan di atas apakah kalian masih meragukan kalimat “Segala sesuatu yang diciptkan pasti mempunyai manfaat sendiri” atau kalimat “Alam diciptakan dengan seimbang”?.
Penulis 
Yeni Indriani
Mahasiswa S2 Biologi, Universitas Andalas, Padang.

Pos terkait