Kuliah di Kala Pandemi COVID-19

Kuliah di Kala Pandemi Thariq Yafi
Penulis, Thariq Yafi. (Foto: TF). 

Semenjak Pandemi ini berlangsung, kurang lebih sudah 5-6 bulan terakhir ini, semua perkuliahan terganggu dan tidak bisa berjalan secara maksimal. Maka dari itu, setiap kampus memutuskan untuk mengadakan Kuliah Online atau Daring, yaitu kuliah di rumah menggunakan video call atau group call secara beramai-ramai.

Hal ini sudah kita jalani selama 4 bulan lamanya dan ternyata tidak terlalu efektif kepada kita sebagai mahasiswa yang berkuliah di kampus tersebut.

Yang seharusnya kegiatan perkuliahan kita adalah praktek tetapi kami tidak bisa apa apa jadi yah sudah, digantikan dengan kelas teori full selama 4 bulan lamanya. Banyak dari kami yang mengeluh akan hal ini tetapi kami dan dosen pun tidak bisa berbuat apa apa karena kondisi dan situasi yang sedang seperti ini.

Kampus, sekolahan, dan kantor, semua tempat itu pun takut kalo sudah menerima karyawan atau mahasiswanya kembali masuk seperti biasa karena virus ini aja gak keliatan, apalagi kalo udah masuk seperti biasa kembali dan kondisi ramai kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.

Kalo ditanya,”Kangen ga sih kuliah lagi?” jawabannya pasti banget malahan, soalnya hampir semua kegiatan sehari-hari adanya di kampus, dari yang belajar di kelas sampai belajar bareng di UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa. Yang Namanya nongkrong di kampus sampe jam 12 malem atau sampe diusir satpam, sekarang kita bisa apa? Keluar rumah aja kadang dag..dig..dug, takut kemana mana. Kita selalu berdoa semoga virus ini cepet pergi dan semua kegiatan bisa aktif kembali seperti dulu.

Hampir semua kampus belum memulai pembelajaran secara offline atau tatap muka langsung tetapi dosen kampus sudah mulai masuk dengan schedule masuknya itu selang-seling, agar meminimalisir banyaknya orang di sekitar area kampus. Beberapa kampus juga sudah ada yang buka tetapi hanya untuk keperluan yang penting dan yang urgent, yang harus diselesaikan di kampus. Betapa kangennya kuliah offline, bisa kumpul bareng lagi sama temen-temen di kampus atau nongkrong lagi.

Namun semua ini pasti mempunyai plus-minus yang dimana belajar secara online lebih efektif, hemat waktu, ongkos, dan tenaga karena tidak perlu datang ke kampus. Kita juga merasa lebih santai dan tidak terlalu tegang, karena bisa kuliah sambil makan dan kadang sambil tiduran.

Tetapi minus-nya adalah penerimaan materi pembelajaran kurang efektif, tanya jawab kadang kalau sinyal jelek atau tiba tiba kuota abis, yah selesai udah gak belajar lagi kitanya. Mugkin dari virus COVID-19 ini kita sebagai mahasiswa selalu aware (sadar) dengan adanya virus ini, dan kita juga bisa mengambil hikmah dari semua yang sudah kita jalani bersama sama.

Terkadang memang kita males kuliah langsung tapi ternyata enakkan kuliah langsung dibanding kuliah online. Tapi dari sini kita banyak belajar dengan situasi kondisi yang lagi seperti ini dan bagaimana kita sebagai Mahasiswa menghadapi semua ini dengan sudut pandang kita. Karena kondisi yang seperti ini, banyak teman saya juga mulai membuka warung online dan mulai berjualan.

Satu sisi agar kita sebagai mahasiswa mempunyai kegiatan yang baru dan menambah wawasan kita, yaitu berbisnis. Disinilah kami belajar mengelolah warung online dengan mandiri. Dari menerima orderan pengecekan barang, penentuan harga sampai pengantaran barang ke pembeli kita.

Bisnis online ini marak di masa seperti sekarang karena banyak restoran yang tutup dan kita tidak bisa memesan atau membeli makanan. Kalaupun ada restoran yang buka, mereka harus membayar uang operasional yang besar. Maka dari itu banyaknya orang yang membuka warung online.

Mungkin kegiatan ini bisa menjadi kesibukan sementara buat kami sebagai mahasiswa, yang belum ada kegiatan selama Pandemi ini. Dari sini juga kami senang bisa merasakan “ternyata kalo masakan kita dimakan orang lain dan habis itu adalah sebuah kebanggaan buat diri kita”.

Dan hal itu lah yang membuat saya bertahan membuka usaha makanan saya sampai sekarang ini dan terus saya kembangkan sampai nanti walaupun Pandemi ini berakhir, karena menurut saya bisnis itu adalah seni dimana kita bisa membuat kaya hasil tangan kita sendiri untuk dinikmati khalayak banyak diluar sana.

Mungkin juga ada beberapa teman saya yang menghabiskan waktu seperti ini untuk bekerja di hotel atau restoran selama hotel itu menerima daily worker (pekerja harian) seperti kamu, karena untuk menjadi helper saja di hotel itu perlu beberapa tahun untuk menguasai semua prodak yang dibuat oleh hotel tersebut.

Adapun yang hanya rebahan, makan-tidur, dan nogkrong, ya udah begitu aja sampai nanti. Menurut saya jika masa seperti ini kita harus kreatif dalam pola pikir ke depan dan berfikir apa yang akan saya lakukan selama pandemi ini dan tentu tidak boleh jika kita hanya berleha-leha.

Penulis: 
M. Thariq Yafi Soejadi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti dan Penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud tahun 2017.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *