EDUKASI, BININTA.COM – Dalam rangka meningkatkan kualifikasi dan kompetensi di bidang Public Relations, di tengah pandemi Covid-19, Program Studi (Prodi) Digital Public Relations Telkom University menggelar kegiatan ICONIC Public Relations Webinar Series yang bertajuk “How to Be Iconic Public Relations”.
Kegiatan yang didukung PT Telekomunikasi Indonesia dan diselenggarakan secara online via aplikasi Zoom ini dibagi menjadi dua sesi.
Sesi pertama diselenggarakan pada 1 Juli 2021 dan dihadiri oleh 230 peserta. Sementara sesi kedua akan berlangsung pada 8 Juli 2021 mendatang.
Sesuai dengan tema yang diusung, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan informasi terkini mengenai dunia kehumasan kepada para akademisi (dosen, mahasiswa, staff) dan calon praktisi humas sehingga kemudian mereka dapat menjadi praktisi humas yang qualified, andal dan mampu menjadi ikon perusahaan/institusi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, program studi Digital Public Relations Telkom University menghadirkan empat narasumber yang kompeten pada bidangnya, yakni Agung Laksamana (Ketua Umum Perhumas Indonesia & Direktur Corporate Affairs APRIL. Group), Febri Diansyah (Mantan Juru Bicara dan Ka. Biro Humas KPK), Prita Kemal Gani (Founder & CEO LSPR Communication & Business Institute), dan Pujo Pramono (VP Corporate Communications PT. Telkom).
Adapun sub-tema yang dibawakan oleh masing-masing narasumber di antaranya: (1) Interpreting Top Management’s Goals, (2) How to be an Impressive Company’s Spoke Person, (3) PR’s Creativity to Build Good Engagement, dan (4) The Role of Big Data to Support PR’s Activities.
Ketua pelaksana kegiatan Dr. Amalia Djuwita mengungkapkan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi lahirnya praktisi-praktisi humas yang memiliki kualifikasi dan integritas tinggi serta diharapkan mampu menjadi ikon bagi perusahaannya.
“Kita menyadari sekali bahwa pembelajaran yang diberikan saat perkuliahan itu perlu didukung oleh pengetahuan dari para pakar professional PR. Dengan demikian, perlu ada pengkayaan ilmu dan pengembangan wawasan. Semoga kegiatan ini menjadi sumbangsih bagi kami untuk melahirkan praktisi-praktisi PR yang mampu menjadi icon bagi perusahaannya kelak. Saya sangat berharap sekali, para peserta dapat antusias mencermati materi yang disampaikan para pembicara,” ungkap Amalia.
Lebih lanjut, Dekan Fakultas Komunikasi dan Bisnis Ade Irma Susanty, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ini dapat diselenggarakan secara rutin oleh prodi Digital Public Relations Telkom University dengan harapan bisa dilanjutkan dengan program sertifikasi dari BNSP.
“Terutama dalam situasi pandemi seperti sekarang, kekuatan PR menjadi sangatlah diperlukan. Materi dalam perkuliahan di kelas tidak cukup, kita perlu mengasah pengetahuan kita dari para praktisi PR yang telah berpengalaman. Dan mudah-mudahan kedepannya kita bisa melanjutkan kegiatan ini dengan program sertifikasinya dari BNSP,” kata Ade Irma.
PR sebagai ujung tombak bagi sebuah perusahaan atau organisasi merupakan figure yang selalu dituntut untuk tampil prima dan dapat diandalkan oleh perusahaan, dimana bukan hanya pintar berbicara namun perlu ada satu kepiawaian dalam mengelola komunikasi agar mampu menjaga citra dan kepercayaan publik.
Terutama menyongsong era society 5.0, kemampuan seorang PR dituntut mampu berinteraksi secara digital dengan seluruh publik internal dan eksternal perusahaan.
Dalam pemaparan materi terkait Interpreting Top Management’s Goals, Agung Laksamana menekankan bahwa dalam menafsirkan tujuan manajemen puncak diperlukan 10 hal yang perlu dilakukan oleh seorang PR, yaitu know your CEO, know your strategy, know your business well, know your audience, know your media, storynomics, be creative, employees as your brand ambassadors, measure, dan personalized.
Selain itu, Febri Diansyah dalam pemaparan materinya terkait How to be an Impressive Company’s Spoke Person menyampaikan tiga prinsip dasar komunikasi publik serta sasaran komunikasi eksternal yang perlu diketahui oleh seorang yang bekerja sebagai juru bicara.
“Terdapat tiga prinsip dasar yang kami terapkan, yaitu harus menguasai masalah yang didukung oleh data dan fakta sebagai bukti pendukung. Kedua, tidak boleh berbohong atau menutup-nutupi informasi. Dan terakhir penampilan atau bahasa tubuh seorang jubir harus mencerminkan konten informasi yang disampaikan kepada publik,” ujar Febri. (red)