Pasukan India dan Tiongkok di Perbatasan Himalaya. Dok. Outlook. |
Ekonomi India
Dalam formulasi kebijakan luar negeri, Laura Neack (2008) menyatakan bahwa pemimpin negara perlu memikirkan dua lingkup yakni politik domestik dan luar negeri dengan tujuan mempertahankan kekuatan politik dan membangun serta memelihara koalisi kebijakan.
Keadaan domestik politik ini bisa mempengaruhi pembentukan kebijakan dikarenakan dalam upaya pencapaian kepentingan politik domestik diperlukan kebijakan luar negeri dan sebaliknya kebijakan luar negeri tidak bisa bertentangan dengan agenda domestik politik. Maka dari itu, dalam pembentukan kebijakan, pemimpin perlu melihat kondisi domestik termasuk kondisi politik, ekonomi, dan sosial masyarakat.
Berkaitan dengan kebijakan luar negeri, India menyatakan ketidaksetujuannya terhadap ambisi Belt and Road Initiatives (BRI) Tiongkok dan keengganan bergabung dengan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yakni kerja sama ekonomi bersama negara-negara di ASEAN dan Indo-Pasifik yang dapat menunjukkan pandangan dan kebijakan India tentang Tiongkok.
Kebijakan ini disesuaikan dengan kondisi dalam negeri India, dimana PM Modi melihat bahwa industri dalam negeri India tidak dapat bersaing dengan negara lain dan dengan adanya peningkatan pengaruh dan tindakan provokatif Tiongkok di India terutama di wilayah perbatasan Himalaya menjadi momen India untuk “memikirkan kembali” hubungannya dengan Tiongkok.
Dari intensitas perdagangan, hubungan perdagangan India-Tiongkok mengalami penurunan, berbeda dengan ekspor dan impor India-Amerika Serikat. Namun walaupun begitu, India juga masih melakukan pinjaman dari bank yang berafiliasi dengan Tiongkok yakni Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sekitar USD1.250 triliun untuk proyek-proyek pembangunan kawasan yang tetap dilakukan bahkan setelah bentrokan antara pasukan militer India-Tiongkok di Himalaya terjadi. Kebijakan ini berkaitan dengan kondisi perekonomian India yang masih membutuhkan pinjaman keuangan dari Tiongkok.
Dilema keamanan ini membuat India perlu berhati-hati tentang niat Tiongkok dengan bentrokan kekuatan militernya di Himalaya. Melihat ketidakstabilan ekonomi dan sosial selama pandemi ini, Tiongkok menggeser atau menyebarkan fokus sosial politik dan keamanan India dengan tindakan provokasi di Himalaya.
Provokasi Tiongkok di Himalaya ini mendorong India untuk memperkuat kemampuan militer domestiknya dengan mendatangkan Rafaela, jet tempur asal Prancis yang merupakan bagian dari perjanjian Prancis dan India senilai USD9,4 miliar sejak 2016 yang akan digunakan di daerah konflik dengan Tiongkok. India juga membeli Sukhoi dan pesawat tempur lainnya dari Rusia senilai USD2,43 miliar dari beberapa negara lainnya.
Kebijakan India ini merupakan bagian dari kepentingan domestik dan luar negerinya, dimana Modi harus memformulasikan kebijakan terkait provokasi Tiongkok untuk menjaga kredibilitas politik dalam negerinya. India juga menyadari bahwa kemampuannya tidak cukup kuat dibandingkan dengan Tiongkok sehingga mengembangkan kekuatan militer dan politik dengan negara-negara Eropa, Asia dan Rusia termasuk melalui QUAD dengan AS, Jepang dan Australia untuk menghalau kekuatan Tiongkok.
Entah akan berhasil atau tidak dalam menghalau Tiongkok, tapi setidaknya Modi sudah mencobanya dengan meningkatkan hubungannya dengan berbagai negara. Di sisi lain ketika melihat respon dan kebijakan India, Tiongkok membuat India menyadari bahwa India masih membutuhkan Tiongkok secara ekonomi, dan skenario terburuknya adalah membuat India tidak dapat melunasi pinjaman yang sudah diberikan sehingga India terkena “jebakan hutang” seperti banyak negara Asia lainnya.
Selanjutnya, melihat kedekatan hubungan Tiongkok-Pakistan, maka sebenarnya Tiongkok berpotensi mengaburkan hubungan India-Pakistan yang selama ini juga sudah berselisih dengan sejak beberapa dekade lalu hingga sekarang.
Untuk saat ini, kebijakan India untuk membangun hubungan dengan negara-negara yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki kepentingan yang sama terkait pengaruh Tiongkok, bisa dijadikan India sebagai “tameng” India dari Tiongkok untuk menunjukkan bahwa India akan secara serius melindungi kedaulatan wilayahnya.